Dari jauh,
Aku memandang sepi,
Mengintai-intai perjalanan rohani,
Menjengah parut yang berbekas di hati,
Beratnya terasa langkah kaki,
Berkira-kira untuk menyerahkan sebuah 'kunci'.
Aksara-aksara sudah ku susun rapi,
Bait-bait hanya menanti untuk memanifestasi rasa hati,
Aku hanya mampu menundukkan pandangan,
Melihat kembali kondisi rohani,
Butuh rawatan segera untuk pulih kembali,
Siapalah aku untuk mendamba sebutir bintang yang melangit
tinggi,
Aku hanya sebutir pasir di pantai,
Bila-bila masa sahaja diinjak-injak oleh kaki-kaki yang
menapak di situ.
Munajatku pada Sang Pemilik Hati,
Menjadi rahsia teragung antara aku dan Dia,
Aku tahu,
Dia suka mendengar rintih atmaku yang lahir dari qalbu yang
paling dalam,
Aku tahu,
Dia sentiasa menunggu aku untuk memanifestasi duka yang menjeruk rasa,
Hati wanita,
Ada ketikanya terguris luka tanpa alasan yang kukuh,
Gemar menjeruk rasa sendirian,
Memendam dan redha,
Itu makanan asasi paling laris bagi hati seorang adiratna,
Dari jauh,
Aku hanya bisa membisu diri,
Memenuhi ruang penantian dengan kalam suci,
Merawat guris-guris luka dengan ilmu-ilmu milik Ilahi,
Membiar lesu bunga-bunga hati yang kian layu,
Menanti kapan tibanya baja-baja rindu.
Hasbiyallahu wa ni'mal wakiil....
No comments:
Post a Comment